Yogyakarta- Sentra Vaksinasi untuk Warga dosis dua menambah jangkauan penerima vaksin dari kelompok rentan pekerja seks yang kesulitan mendapatkan akses vaksinasi.
Jaringan masyarakat sipil sebagai penyelenggara vaksinasi dosis dua menyiapkan vaksin untuk seribu orang. Vaksinasi digelar pada Sabtu, 9 Oktober 2021 di Kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta di Jalan Taman Siswa Kota Yogyakarta. Hingga hari ini, panitia mendaftar 826 orang peserta,
Panitia mendapatkan tambahan pendaftar vaksin dari pekerja seks dari Pantai Parangkusumo, Kabupaten Bantul. “Mereka kami data dan bantu karena sama sekali tidak tersentuh bantuan pemerintah, termasuk vaksinasi,” kata salah satu penggagas Sentra Vaksinasi untuk Warga, Budhi Hermanto, Kamis, 7 Oktober 2021.
Selama pandemi Covid-19, pekerja seks kesulitan mengakses vaksin di dusun yang sudah menggelar vaksinasi. Sebagian besar pekerja seks tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk dan kartu keluarga sehingga mereka sulit mengakses vaksinasi.
Selain sosialisasi vaksinasi yang minim, pekerja seks juga masih mendapat stigma atau cap buruk karena pekerjaannya sehingga mereka khawatir mendapat penolakan saat mendatangi sentra-sentra vaksinasi.
Padahal, pekerja seks sangat rentan tertular maupun menularkan virus Corona. “Tidak ada yang peduli terhadap pekerja seks,” kata Ketua Paguyuban Teratai Samodra Parangkusumo, Anik Epasini.
Sulitnya akses vaksinasi itu membuat Anik Epasini menghubungi pegiat PKBI DIY yang selama ini membantu mereka mendistribusikan bantuan. Anik mendaftarkan sekitar 30 pekerja seks Pantai Parangkusumo ke panitia Sentra Vaksinasi untuk Warga.
Sentra vaksinasi merupakan inisiatif jaringan masyarakat sipil yang beranggotakan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia DIY, Association of Resiliency Movement, Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta. Ada juga Alterasi, Masyarakat Peduli Media, dan Sambatan Jogja.
Selama tiga bulan Sentra Vaksinasi untuk Warga pontang panting mengusahakan vaksin untuk kelompok terpinggirkan. Di Kota Yogyakarta, banyak penyandang disabilitas, tunawisma, transpuan, anak jalanan, pekerja seks, dan penduduk miskin di bantaran Kali Code tak tersentuh vaksin Covid-19.
Vaksinasi dosis pertama berlangsung pada 9-10 September 2021. Saat itu kalangan pekerja seks yang mengikuti vaksinasi berasal dari komunitas pekerja seks di Bong Suwung Arum Dalu. Komunitas itu mengumpulkan 25 penerima vaksin.
Dari seratus pekerja seks, sebagian besar tidak memiliki KTP dan ber-KTP luar Yogyakarta. Dampaknya, mereka kesulitan mengakses vaksin dan layanan kesehatan lainnya selama pandemi.
Di lokasi vaksinasi, Sentra Vaksinasi untuk Warga juga menyiapkan meja untuk Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mengakomodasi peserta vaksinasi yang tidak punya dokumen kependudukan. Petugas Disdukcapil menyiapkan formulir pendataan penduduk rentan.
Formulir itu digunakan sebagai persyaratan untuk mengajukan pembuatan KTP. Untuk mendapatkan sertifikat vaksin, semua orang harus memiliki nomor induk kependudukan. Mereka harus mengurus surat keterangan dari ketua RT/RW di tempat dia bermukim dan membuat surat keterangan yang menunjukkan semua dokumen kependudukannya hilang.
Koalisi jaringan masyarakat sipil juga akan mendampingi warga yang tidak memiliki Nomor Induk Kependudukan supaya pemerintah memenuhi tanggung jawabnya mengurus administrasi kependudukan warga setelah proses vaksinasi. Tujuannya agar mereka yang sudah divaksin tanpa NIK juga terdaftar dalam aplikasi PeduliLindungi milik pemerintah. Kejelasan NIK ini juga penting untuk menunjukkan bahwa mereka terdaftar sebagai warga negara.
Ketua Sentra Vaksinasi untuk Warga, Andy Reza mengatakan vaksinasi dosis dua ini mengandalkan bantuan dari organisasi kemanusiaan dan individu untuk membiayai vaksinasi.
Duit hasil donasi itu digunakan untuk membiayai honor tenaga medis, membeli tempat penyimpanan vaksin, sewa gedung, tenda, kursi, kipas angin, konsumsi relawan, dan kuota internet untuk pendataan. Mereka juga dibantu dokter dari sejumlah kampus. Pada vaksin dosis dua ini terdapat tambahan vaksinator. Pada vaksinasi dosis pertama hanya ada tiga meja untuk vaksinator dan kali ini bertambah menjadi lima meja.
Penulis : Shinta Maharani